Oleh: H.R.Hidayat Suryalaga

Purwa wacana:

Bismillahirrohmannirrohim,

Suatu kehormatan teramat besar bagi saya diperkenankan berbincang dengan para petinggi dari jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat. Pada kesempatan yang demikian mulia dan bermakna, seyogyanyalah saya menghaturkan “sesuatu” yang jauh lebih mendasar, holistik bersifat Visioner disertai beberapa contoh  aplikasi-aktualisasi kebudayaan Sunda yang Islami sebagai suatua tarekah mewujudkan masyarakat Sunda MADANI yang MARDOTILLAH

Untuk kali ini makalah saya susun dalam bentuk skema.Dengan harapan bisa tergambarkan alur pikir PANDANGAN HIRUP URANG SUNDA yang terwujudkan dalam seluruh aspek KEBUDAYAANNYA. Meliputi tataran IDEA (Cipta), NORMATIF (Rasa+Karsa) dan kebudayaan FISIK (Karya).

Adapun tentang  KAIDAH ISLAM-nya, saya sangat tidak berkompetensi, justru saya serahkan kepada forum untuk nanti mengkaji dan menelaah apakah dalam aspek-aspek BUDAYA SUNDA tersebut SUDAH Islami, BELUM Islami atau TIDAK Islami. Sehingga kita dapat menentukan  aspek Budaya Sunda yang mana yang dapat kita jadikan alat berda’wah. Untuk hal ini sangat memerlukan kemampuan  menganalisis dari para budayawan Islam.

Kebudayaan Sunda sebagai khasanah peradaban Urang Sunda, perlu dianalisis/dikaji baik  yang berbentuk riil/fisik faktual maupun kajian yang lebih mendalam misalnya aspek idea Semiotika (perlambangan), Hermanetika (pemaknaan) untuk mencari esensi nilai/value dari bentuk budaya  Sunda tsb.

Bila telah dianalisis/dikaji dengan cermat, barulah kita dapat menentukan langkah  cendekia dengan menentukan apakah aspek budaya Sunda tersebut harus di- :  re-vitalisasi, re-aktualisasi,  re-definisi, re-strukturisasi, fill-in, delete, inovasi atau mungkin kita harus membuat kreasi baru. Inilah tantangan yang harus dihadapi para budayawan Islam yang Nyunda atau budayawan Sunda yang Islami.

Kepiawaian dalam memanfaatkan kebudayaan ini sangatlah penting, sebab dalam era Globalisasi, penjajahan itu dilaksanakan melalui budaya. Imperialisme kultural! Hal ini telah diinformasilan oleh seorang pakar Muslim dari Mesir – Ziauddin Sardar – bahwa penjajahan moderen ini tidak lain adalah DOMINASI BUDAYA.  Celakanya lagi budaya yang mendominasi kita (dan seluruh dunia) dewasa ini adalah Budaya Barat (Western culture) yang kebanyakan  bermuatan SEKULER PROFAN yaitu hanya mengejar kenikmatan dunia tanpa muatan religi sama sekali.

Adapun kebudayaan Sunda (dan Timur lainnya), walau bagaimana bentuknya dan penampilan fisiknya  di dalamnya masih melekat kesadaran yang bersifat religius. (Tentu saja akan terdapat pula bentuk seni budaya yang bertolak belakang dengan kaidah Islam, itulah sebabnya perlu ada analisis yang cermat).

Pada kesempatan sekarang, dengan keterbatasan  waktu, saya hanya berkesempatan menyampaikan beberapa esensi nilai dari bentuk seni budaya Sunda yang telah saya analisis, a.l

  • Tataran BAHASA :  arti makna kata SUNDA
  • Tataran SENI  :   Tembang Sunda/CianjuranLirik Lagu Papatet. Karawitan: Kacapi/suling

Tari/Ibing Sunda : Ibing LenyepanGerak tubuh : Munjungan

Tata Busana : Baju takwa. Adat Pernikahan: Ngeuyeuk seureuh. dsb

Tujuan makalah ini sekedar memotivasi kita semua agar lebih jeli dan terampil memanfaatkan seluruh bentuk dan aspek budaya Sunda untuk dimanfaatkan bagi  da’wah Islam. Sebab bila kita lalai, maka budaya Sunda yang demikian kayanya akan dimanfaatkan saudara kita yang lain. Bukankah sekarang pun  sudah dapat kita saksikan hal seperti ini telah terjadi. Kekosongan  budaya pada satu bangsa akan diisi oleh budaya asing yang belum tentu sesuai dengan pandangan hidup bangsa itu terlebih dengan pandangan yang Islami.

Marilah kita BERJUANG melalui KEBUDAYAAN SUNDA. Ibda bin Nafsi,